Senin, 21 Maret 2016

Rabu, 23 September 2015

GALANG RALLY 2015

Ini dia Dokumentasi Galang Rally 2015 yang dilaksanakan kemarin tanggal 18-19 April 2015






EDISI PAHLAWAN

AYAM JANTAN DARI TIMUR


Thomas Mattulessy merupakan tokoh fiktif yang harus dihapus dari catatan sejarah Indonesia. Yang sesungguhnya ada adalah Patimura yang memiliki nama ash Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy. Tokoh ini lahir di Hualoy, Seram Selatan, wilayah Islam tahun 1783. Ini sekaligus membantah versi pemerintah yang menyebut Patimura lahir di Saparua. Mat Lussy merupakan bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kasim Al¬lah, Pelayan Allah) atau dalam lidah Maluku disebut ‘Kasimiliali’.

Dalam buku biografi versi pemerintah yang ditulis M Sapija dikatakan jika Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayahnya bernama Anthoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.


Keterangan Sapija tersebut janggal. Sapija tidak jujur dengan tidak menuliskan sebagai Pelayan Allah dan Sapija tidak menyebut Sahulau itu adalah kesultanan. Lalu Sapija juga mengada-adakan marga Pattimura Mattulessy, padahal di negeri Sahulau tidak ada marga Pattimura atau Mattulessy. Di sana hanya ada marga Kasimiliali yang leluhur mereka adalah Sultan Abdurrahman. Penulis sendiri pernah langsung berdiskusi dengan salah seorang Panglima Perang Hitu di tahun 1999 dimana dia menyatakan jika Patimura adalah Marga Muslim sedangkan Mattulessy adalah Kristren. Jadi tidak ada yang namanya Patimura Matulessy. Yang beranam Patimura pastilah dia seorang Muslim.

Mansyur Suryanegara menyatakan marga Patimura masih ada sampai kini. Dan semua orang yang bermarga Pattimura sekarang ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut agama nenek moyang mereka yaitu Pattimura. Dan lagi, Maluku pada masa itu dipenuhi oleh kerajaan-kerajaan Islam dengan empat kerajaan Islam besar yakni Tidore, Ternate, Bacan, dan Jailolo. Begitu banyak kerajaan Islam di sini sehingga Ibnu Batutah menyebutnya sebagai lazirah al-Mulk’ atau Tana Para Raja.’

Dalam wawancara dengan penulis di kediamannya di Bandung pada 2001, Mansyur menyatakan jika umat Islam itu mayoritas di Maluku dan Ambon, jadi bukan wilayah Kristen. “Ada cara mudah untuk membuktikannya, lihat saja dari dari pesawat yang sedang terbang, akan terlihat banyak masjid atau banyak gereja. Kenyataannya, lebih banyak menara masjid daripada gereja di sana.”

Dan lagi, adalah fakta sejarah jika nyaris seluruh perlawanan terhadap penjajah¬apakah itu Portugis, Spanyol, atau pun VOC -Belanda—seluruhnya dibangkitkan oleh tokoh-tokoh Islam. Ini disebabkan antara lain semua penjajah itu membawa misi penyebaran salib. Jadi amat aneh jika ada orang-orang non-Muslim yang juga mengangkat senjata melawan para misionaris imperialis Mi. Bukankah ini berarti perlawanan Para Domba terhadap Sang Gembala? Jelas mustahil. Adalah fakta sejarah pula jika prang¬orang pribumi yang mau memeluk agama kaum penjajah ini akhirnay bergabung dan mau menjadi tentara kaum penjajah yang rnemerangi bangsanya sendiri.

Salah satunya adalah tentara Marsose yang diterjunkan ke Aceh yang terdiri dari orang-orang pribumi non-Muslim yang bekerja melayani para penjajah.

Seluruh perlawanan yang dibangkitkan merupakan perlawanan terhadap upaya 3G (Gold, Glmius, and Gospel) yang dibawa para kafir penjajah. Demikian pula yang dikobarkan Ahmad Lusy Patimura. Pada 1817, Patimura berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua, dan menewaskan residen Van den Bergh. Jihad ini meluas ke Ambon, Scram, dan tempat-tempat lainnya. Jihad yang digelorakan Patimura bisa kita lihat dalam tradisi lisan Maluku yang masih terpelihara hingga kini, yang antara lain beribunyi:
Yami Patasiwa
Yami Patalima
Yami Yama’a Kcpitan Mat Lussy
Matulu lalau Kato Sapambuine Ma Parang kua Kompania
Yami jama’a Kapitan Mat Lussy
Isa Nusa messe
Haro,
Hario,
Manu msi’a yare uleu uleu ‘o
Mane yascunma yare uleu-uleu ‘o
Talano utak; yare uleu-uleu’o.
Melano lette tuttua murine
Yami malawan sua mena miyo
Yami malawan sua mena miyo
(Kami Patasiwa
Kami Patalima
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Semua turun ke kota Saparua
Berperang dengan Kompeni Belanda
Kami semua dipimpin Kapitan Ahrnad Lussy
Menjaga dan mempertahankan
Semua pulau-pulau ini
Tapi pemimpin sudah dibawa ditangkap
Mari pulang semua
Ke kampung halaman masing-masing
Burung-burung garuda (laskar-laskar Hualoy)
Sudah pulang-sudah pulang
Burung-burung talang (laskar-laskar sekutu pulau-pulau)
Sudah pulang-sudah pulang
Ke kampung halaman mereka
Di balik Nunusaku
Kami sudah perang dengan Belanda
Mengepung mereka dari depan
Mengepung mereka dari belakang
Kami sudah perang dengan Belanda
Memukul mereka dari depan
Memukul mereka dari belakang)
Pertempuran kian sengit. Belanda lagi-lagi minta bantuan dari Batavia. Akhirnya Ahmad Lussy dan pasukannya tertangkap Belanda. Pada 16 Desember 1817, Ahmad Lussy dan para mujahidin Ambon menemui svahid di tiang gantungan kafir Belanda




Kamis, 06 Maret 2014

SK Kepengurusan Kwarnas Sudah Ditandatangani

Acara pertemuan Sesjen Kwarnas beserta pimpinan Kwarnas yang baru dengan staf Kwarnas. Acara yang berlangsung di kantor Kwarnas, Rabu siang (5/3) merupakan pertemuan dengan staf untuk pertama kalinya sekaligus sebagai pertemuan silahturahmi antara pimpinan Kwarnas dengan staf Kwarnas.

Acara pertemuan dibuka yang diawali dengan do'a yang langsung dipimpina Sesjen Kwarnas, Kak Yudi Suyoto. Dalam arahannnya beliau menyampaikan berita gembira bahwa Surat Keputusan (SK) Kepengurusan Kwarnas masa bakti 2013 - 2018 sudah ditandatangani oelh Presiden selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka.

"ini berita gembira dan patut kita syukuri bahwa dengan ditandatangani SK Kepengurusan Kwarnas tersebut membuat kita menjadi mantap untuk bekerja apalagi program-program Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Tahun 2014 sudah di depan mata" ungkap mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakartan dan mantan Ketua Kwarda Gerakan Pramuka DKI Jakarta.

Dalam pertemuan itu, Kak Yudi juga memperkenalkan pengurus Kwartir Nasional Gerakan Pramuka masa bakti 2013-2018 khususnya dijajaran Pimpinan. Satu persatu disampaikan oleh Kak Yudi, yaitu:
1. H. Suriyadi MS, S.Sos, M.Si, Waka Bidang Binamuda
2. Prof. Dr. Lidya Freyani Hawadi, Psi, Waka Binawasa
3. Marbawi, S.Sos, M.Si, Waka Rembangma
4. Dr. PA. Kodrat Pramudho, M.Kes, Waka Organisasi dan Hukum
(Orgakum)
5. Drs. Achmad Rusdi, Waka Bidang Hublu
6. Lusia Adinda Lebu Raya, S.Pd, MM, Waka Kominfo
7. Brigjen TNI M. Herinda, Waka Abdimasgana
8. Drs. H. Abdul Shobur, MM, Waka Bidang Lingkungan
9. Drs. Yudi Suyoto, MM, Sekretaris Jenderal (Sekjen)
10. Bayu Priawan Djokosoestono, Bendahara

Setelah menyampaikan perkenalan tersebut, Kak Yudi meminta kepada staf juga untuk memperkenalkan diri.

Hadir dalam acara pertemuan tersebut dan memndampingi Sekjen Kwarnas adalah Kak Suriyadi, Kak Dedy Darmawan dan Kak Rafli Effendy.

Sabtu, 22 Februari 2014


Tembus Kawah Gunung Kelud, Marinir TNI AL Buktikan Tak Ada Gas Beracun
Dua belas prajurit Korps Marinir TNI AL menyusuri lereng hingga bibir kawah Kelud. Ekspedisi mereka membuktikan tidak ada gas beracun atau awan panas yang menyembur dari gunung yang pekan lalu meletus dan memuntahkan jutaan meter kubik material vulkanik.

“Memang sekitar 200 meter dari kawah gunung Kelud, tercium bau belerang yang sangat menyengat, karena kebetulan angin bertiup. Tapi bukan gas beracun, tidak perlu takut," "Penyusuran dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa aktivitas gunung Kelud benar-benar sudah turun," kata Letkol Mar Irpan Nasution yang juga Komandan Batalyon Komunikasi dan Elektronika-1 (Danyon Komlek-1) Korps Marinir TNI AL per telepon, Sabtu.

Menurut dia, hal itu dapat mematahkan isu yang berkembang di masyarakat sekitar gunung yang memiliki ketinggian 1.731 meter itu tentang akan adanya gas beracun dan wedus gembel.

Kegiatan yang dilakukan bersama 12 prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan dua personel dari Basarnas itu dilakukan dengan menggunakan dua unit mobil Ford Ranger dan satu unit sepeda motor trail yang berakhir dengan berjalan kaki